Apa yang bisa Anda buat dari serumpun bambu? Balai-balai? Bangku? Well, sekelompok anak muda dari Zambia mengembangkan serumpun bambu menjadi produk revolusioner, sepeda. Di kawasan pinggiran Lusaka, Zambia, Benjamin Banda sedang sibuk dengan bambu-bambunya.
"Kami menanam bambu ini tahun lalu. Dan sekarang, mereka sudah lebih tinggi dari saya. Ketika bambu ini siap, kami akan memotongnya, mengukur, dan mengubahnya jadi kerangka," ujarnya. Banda adalah pengawas Zambikes, sebuah perusahaan yang didirikan dua pemuda dari California, Amerika Serikat (AS), dan dua pemuda Zambia yang bertujuan membuat sepeda yang cukup andal untuk menghadapi kondisi lokal.
Vaughn Spethmann (24), salah satu pendiri perusahaan itu, mengenang bagaimana perusahaan itu didirikan dengan sebuah pertandingan sepak bola. "Kami sedang berada di sebuah lapangan universitas dan kami mengatur pertandingan melawan beberapa warga sekitar. Setelah itu, kami bertanya apa yang mereka lakukan. Dan mereka menjawab, 'Tidak ada'. Mereka tak punya pekerjaan. Jadi, kami memutuskan untuk muncul dengan sebuah bisnis yang akan menjadi sumber lapangan kerja dan menghasilkan produk yang berguna," ujar Spethmann.
Produknya adalah sebuah barang istimewa, Zambike unik berwarna kuning menyala, yang dirakit di sebuah bengkel dari bata perusahaan yang didirikan di tengah ladang.
Proyek lain yang menyertai produk ini begitu keterampilan para mekanik membaik, sebuah sepeda kargo, trailer sepeda, dan "zambulance" -ambulans sepeda yang kini digunakan di 10 klinik di sekitar Lusaka. Di saat yang sama, perancang sepeda berbasis Santa Cruz bernama Craig Calfee sedang mengeksperimen bambu sebagai materi kerangka sepeda.
Prototipe buatannya itu membuktikan bahwa kekuatan dan keringanan bambu itu membuatnya sebagai pengganti logam yang hebat. Sebagai bonusnya, sepeda itu punya properti pengurang vibrasi yang hebat, yang membuatnya nyaman dikendarai untuk jarak jauh. Sepeda dari bambu itu juga cukup eye-catching. Stan Calfee dikerubuti orang saat dia kali pertama me-launching kerangka bambunya dalam showsepeda.
Calfee lalu punya rencana memproduksi massal kerangka itu di negara berkembang, mendistribusikannya ke AS dan mendapatkan untung. Dia sudah punya bengkel di Accra, Ghana, dan mulai mencari lebih banyak produser sepeda bernama bambooseros. Industri berkembang cepat dan dia lantas berbicara dengan Zambikes.
"Kami sangat senang. Pikiran tentang produk buatan Zambia dijual di AS tak terbesit di benak kami,"kata Spethmann. Ada banyak alasan mengapa hal itu tidak mungkin. Modal sangat sulit dicari di Zambia. Begitu pula peralatan dan bahan mentah, kalaupun ada, sangat mahal dan tenaga kerja terampil pun tidak banyak.
Dalam konteks bahan mentah murah,maka bambu adalah jawabannya. "Dan tentunya pengaruhnya pada lingkungan sangat kecil," ujar Dustin McBride, orang Amerika di tim manajemen Zambikes. Di dalam bengkel, mekanik sepeda Elastus Lemba sedang merancang batang bambu dan dibentuk menyerupai bagian-bagian sepeda. Memang terlihat sederhana, tapi itu disengaja.
Calfee menginginkan proses produksi yang tidak memerlukan permesinan yang rumit. Dengan lem kayu yang dilekatkan di kerangka sepeda, Lemba menyatukan bagian-bagian sepeda itu dengan sisal, yaitu tali yang dibuat dari serat bambu yang dijemur. Pembuatan sepeda dengan tangan seperti ini menghabiskan waktu selama sepekan.
Setelah proses final, tiap sepeda bamboosero akan dikirim ke AS, diuji, dipasangi ban, pedal, setang,dan rem lalu dijual. Apakah sepeda ini akan sukses? Calfee dengan mantan mengatakan iya, berdasarkan peningkatan pesanan yang dia terima. "Ratusan orang bertanya di mana mereka bisa membelinya. Dari seorang pemesan sepeda yang ingin mendapatkan kendaraan yang murah hingga ke seorang kolektor kaya yang menginginkan satu bamboosero dari tiap pabrik," ujarnya.
Dia memberikan harga kurang dari USD475 untuk kerangka sepeda gunung dan lebih dari USD900 untuk sepeda yang sudah selesai dirakit. "Satu-satunya kritik yang saya terima adalah sepeda itu terlalu murah," kata Calfee.
Di Zambikes, semua orang optimis dengan masa depan produk mereka. Koordinator operasi Zambikes Divilance Machilika mengawasi Fabian Mumba yang sedang menguji sepeda bambu yang baru selesai di rakit untuk sekedar mengitari lapangan. "Saya melihatnya terjual baik di Amerika. Orang-orang Amerika suka karena mereka alami," ungkapnya.
0 comments:
Post a Comment